Sabtu, 08 Desember 2012

Hukum Pacaran Menurut Islam


Berikut adalah tulisan sederhana "Hukum Pacaran Menurut Islam" :
Islam agama yang sempurna telah mengatur segala seluk-beluk berkaitan dengan kehidupan manusia,Allah telah memberikan kepada setiap manusia kecendrungan untuk suka kepada lawan jenisnya,kecendrungan seorang laki-laki suka kepada wanita sebagai lawan jenisnya begitu pula sebaliknya,hal itu untuk mendukung serta menjadi penyebab berkembang biaknya anak manusia dan juga menjadi penyebab keberlangsungan kehidupan manusia di dunia ini,walaupun demikian Islam memberikan konsep yang sangat sempurna dan komplit terkait dengan pengaturan kecendrungan tersebut agar tidak menjadi penyebab terjadinya kerusakan serta madharat bagi kelangsungan hidup ummat manusia.

Islam Menganjurkan Nikah Bukan Pacaran
Kecendrungan yang kami sebut diatas apabila tidak diatur serta dimenej secara baik bisa dipastikan justru akan menyebabkan kekacauan serta kerusakan di muka bumi,betapa banyak kita mendengar dan membaca sebagian kaum perempuan yang telah dianggap sampah masyarakat karena pacaran yang akhirnya berujung petaka,bahkan dewasa ini masyarakat sudah mengetahui bahwa apabila seorang sudah mulai berpacaran itu tanda bahwa pergaulannya telah tercemar dan rusak.Islam menganjurkan ummatnya untuk segera menikah untuk menyalurkan kecendrungan kepada lawan jenis secara baik dan bertanggung jawab.
Allah berfirman dalam surat an-Nisa' ayat:3 yang artinya:
"Nikahilah wanita-wanita lain yang kamu senangi,dua,tiga atau empat,kemudian apabila kamu takut tidak bisa berlaku adil maka nikahilah seorang saja".
Serta ayat-ayat al-Qur'an lainnya yang senada dengan ayat ini.
Rasulullah-shallallahu alaihi wasallam-bersabda:
hukum pacaran menurut islam"Apabila seorang hamba telah menikah maka dia telah menyempurnakan setengah agamanya,maka hendaknya dia bertakwa dalam menjalankan setengah lainya"(Hadits Shahih disebabkan jalannya yang banyak,HR.Baihaqi).
Serta hadits-hadits lain yang senada dengannya.

Selayang Pandang Akibat Pacaran dan Bahaya Ikhtilat di Negara Barat
Secara garis besar bahaya ikhtilat (campur baur antara laki-laki dengan wanita bukan mahram) serta pacaran di negeri barat bisa dibagi menjadi dua bagian:
  • Menyebar lausnya kerusakan dan terjerumusnya kebanyakan manusia kepada kehinaan dan perzinaan.
Dua orang wartawan barat Jal Lib dan Lee Mortimor menuliskan dalam buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (Amrika Daulatun Tahkumuhal Ashabat hlm.26):
"Maka di antara akibat dari kebebasan yang kebablasan ini adalah apa yang emnimpa kaum perempuan berupa terjadinya kesulitan-kesulitan ekonomi dan sosial,yang paling berbahaya adalah:berpalingnya kaum laki-laki untuk menikah,apalagi jika mereka disuruh menikah dengan para wanita yang mengusung kebebasan dan liberalisme,karena menurut mereka perempuan seperti itu adalah perempuan yang jelek yang tidak akan mampu menjadi ibu bagi anak-anak yang baik....maka para laki-laki Amerika akan segera menempuh jalan pintas dan mudah untuk melampiaskan syahwatnya...para wanita tersedia di mana-mana di kantor-kantor di klub-klub dll..".

Akibat Kedua
hukum pacaran menurut islamMatinya kecendrungan kepada lawan jenis,hal ini diakibatkan karena seorang laki telah terbiasa melihat pemandangan seronok seorang perempuan maka lama-lama kelamaan kecendrungannya dengan lawan jenis menjadi pudar bahkan mati,maka agar kecendrungan iu bangkit lagi membutuhkan keadaan serta perilaku aneh serta luar biasa,maka tersebarlah lesbian dan homoseksual-na'udzu billah-.(Dikutip dari Kitab Tuhfatul Arus hlm.14-15).yeninurrahmayanti@gmail.com

Jumat, 30 November 2012

<iframe style="width:100%; height:100%; border:none; margin:0; padding:0;" src="http://log.viva.co.id/iframe" scrolling="no"></iframe>

Pemberian Oksigen dengan Berbagai Cara


Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2008:66)
Tujuan Umum 
  1. Meningkatkan ekspansi dada
  2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen 
  3. Membantu kelancaran metabolisme
  4. Mencegah hipoksia 
  5. Menurunkan kerja jantung 
  6. Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
  7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru (Aryani, 2009:53)
Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1.    Gagal nafas Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2  sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh. 
2.    Gangguan jantung (gagal jantung) Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. 
3.    Kelumpuhan alat pernafasan Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
4.    Perubahan pola napas.Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5.    Keadaan gawat (misalnya : koma) Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6.     Trauma paru,Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan  mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7.    Metabolisme yang meningkat : luka bakar.Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8.     Post operasi,Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
9.     Keracunan karbon monoksida,Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.(Aryani, 2009:53)
Kontraindikasi

Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat pemberian jenis dan jumlah aliran yang  tepat. Namun demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
  1. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%
  2. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
  3.  Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul. (Aryani, 2009:53)


Hal - hal yang perlu diperhatikan
  • Perhatikan jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari batas. Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan membantu untuk mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien
  •  Pada beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien dengan keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus mengobservasi lebih sering terhadap respon klien selama pemberian terapi oksigen
  • Pada beberapa klien, pemasangan masker akan  memberikan tidak nyaman karena merasa “terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat dapat meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
  • Pada klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut dapat menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.
  • Jika terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan tali nasal kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran 4x4cm di area tempat penekanan tersebut.
  • Akan lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan terapi oksigen
  •  Pada klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu dengan contoh masker.
  • Jika terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
  • Pasanglah tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien, di bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen. Instrusikan kepada klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area pemasangan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran.  (Aryani, 2009:53)
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA
Pengertian 
    Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan  oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu  klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)

Tujuan
a.    Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal.
b.    Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau minum.
(Aryani, 2009:54)
Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)
 Prinsip
a.  Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya 2-3 L/menit.
b.    Membutuhkan pernapasan hidung
c.    Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
(Suparmi, 2008:67)

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrCanXBXUL4fNqoTc00l5BLQgIAMJyB3IzW8O-m9jg6NeHzkoW2CJkdBCSX5X7dRBTVW5cvIAykeOVJFb3EdU51MXfo9ubCHsqdJsCGpTDjews-n_Wsh25KTEyTeSeTVcgvCvKgZZFe7XZ/s1600/1.png                                   https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFN0yUMkivb9gFtweUe9IS8TuEEMUZhb54MK4YWJuxFJT2cl29JsDwMTDsUj3FaFTZ3WNooKXhkjaHrM7jTAg9G8GZGQ-yOeGnU8u3oo4U-yy0RwkuIfrBayN0C9SBpyhU1rgcdmFNZIfL/s1600/New+Picture+%25281%2529.png




PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN

Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
    Macam Bentuk Masker
a.       Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit. 
b.      Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6KIjXU6RmK21SHCUCINC9iPAnUMqoS5KYWEcqRYuV6ZLCdTFzGwembC06AY2psejuLWITCux2f5HR-n1fWcIBGlPcR4GhQ1SV-YWa8Ulu9mucGtfx9h0PBXnJ_NW_msktjqHJa-58rM1z/s1600/re1.png


c.    Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2  yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)
     https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmgZOolqHGJcX5mApw5oSXrWdhCDb2BL0Zb342ZvdID9zgM4UAPyOa0QxDhfgRyLdFHGvddouJP3ceDp1yZR4g66-b8Bd5lG0JyxNo80BwXDyrAcWtW6W4ta6d3xdM-e_QrRxbVkmP-4rj/s1600/non1.pngyeninurrahmayanti.blogspot.com                                                     https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvNQRg1j2MWV2ff6vXnuhSXUrQAdE5DvFBBXtW5o0slZznRn3vf_MzrQ8S4j96ZGRD4x_BhmQo952JDEmHZkf4ueVFzGWxD0Cf2vlPbmgVwiMa-2Y7X69kybSzGUhvyQ81c4OiXBNpjO-_/s1600/non2.png


Tujuan 
    Memberikan tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi, 2008:68)

Prinsip
  Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut,
dengan aliran 5-6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)

PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI



Dalam relaksasi otot (progresive muscle relaxation) sendiri, individu akan diberikan kesempatan untuk mempelajari bagaimana cara menegangkan sekelompok otot tertentu kemudian melepaskan ketegangan itu. Bila sudah dapat merasakan keduanya, klien mulai membedakan sensasi pada saat otot dalam keadaan tegang dan rileks. Relaksasi progrsif adalah suatu cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasi latihan nafas dalam dan serangkaian kontraksi dan relaksasi otot 
        Relaksasi progresif yaitu teknik merelaksasikan otot dalam pada bagian tubuh tertentu  atau seluruhnya melalui teknik program terapi ketegangan otot. Teknik relaksasi otot dalam merupakan teknik relaksasi yang tidak membutuhkan imajinasi atau sugesti